Urgensi pendidikan kewarganegaraan
bagi pembangunan Budaya Demokrasi di Indonesia
Dengan
perkembangan demokrasi di Indonesia, bangsa Indonesia sendiri juga di tuntut
adanya demokrasi dan reformasi paska runtuhnya
rezim orde baru. Dan untuk memulai sesuatu yang pendidikan kewarganegaraan di
tingkat perguruan tinggi Upaya mengganti pendidikan kewiraan menjadi pendidikan
kewarganegaraan pada perguruan tinggi menemukan momentumnya, baik secara
substantif dalam kerangka pembangunan demokrasi yang merupakan amanat gerakan
reformasi maupun secara legal yaitu ditetapkannya uu sistem pendidikan nasional
nomer 20 tahun 2003 pasal 37 yang mewajibkan kurikulum setiap satuan dan
jenjang pendidikan termasuk pada jenjang pendidikan tinggi memuat ;
a. Pendidikan agama,
b. Pendidikan kewarganegaraan dan karakter
c. Bahasa bangsa
Untuk yang
pertama yaitu pendidikan agama :
Di dalam khazanah pemikiran Islam,
terutama karya-karya Ilmiah berbahasa arab, terdapat berbagai istilah yang
dipergunakan oleh ulama dalam memberikan pengertian tentang “Pendidikan Islam”
dan sekaligus diterapkan dalam konteks yang berbeda-beda.
Pendidikan Islam itu, menurut Langgulung (1997), setidak-tidaknya tercakup
dalam delapan pengertian, yaitu al-tarbiyah al-diniyah (pendidikan keagamaan),
ta’lim al-din (pengajaran agama), al-ta’lim al-diny (pengajaran keagamaan),
al-ta’lim al-Islamy (pengajaran keIslaman), tarbiyah al-muslimin (pendidikan
orang-orang Islam), al-tarbiyah fi al Islam (pendidikan Islami).
Dikalangan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini, istilah “Pendidikan”
mendapatkan arti yang sangat luas. kata-kata pendidikan, pengajaran, bimbingan
dan pelatihan, sebagai istilah-istilah tekhnis tidak lagi dibeda-bedakan oleh
masyarakat kita, tetapi ketiga-tiganya melebur menjadi satu pengertian baru
tentang pendidikan (Mochtar Buchori, 1989). Di dalam undang-undang nomor 2/1989
tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 misalnya, dijelaskan bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiaan
bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan bagi peranannya di masa yang akan
datang”. Dari sini dapat dipahami bahwa dalam kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau pelatihan terkandung makna pendidikan.
Pendidikan kewarganegaraan dan
karakter :
.
Deskripsi Tentang karakter dan Pendidikan KarakterKarakter berasal dari bahasa
latin “kharakter”, “kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris
“character” dan Indonesia “karakter”, Yunani “character” (dari charassein)
yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter
diartikan tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Selanjutnya, karakter menurut Ryan dan
Bohlin mengandung tiga unsure pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the
good), mencintai kebaikan (loving the good) dan melakukan kebaikan (doing
the good) (Abdul Majid dan Dian Andayani, 2011). Hal yang sama dengan
pandangan ini adalah Thomas Lickona yang menyatakan bahwa pendidikan karakter
yang baik, harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik” tetapi
juga “merasakan dengan baik” atau loving good (moral feeling), dan “perilaku
yang baik”. Jadi pendidikan karakter erat kaitannya dengan “habit” atau
kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan.
Bahasa :
Bahasa adalah sebagai pelengkap dari
urgernsi kewarganegaran bagi pembangunan budaya demokrasi Indonesia. Karena
bahasa lah yang makin membuaat suatu budaya makin melekat bagi suatu bangsa
Indonesia, jadi sudah sangat jekas bila bila urgensi ini mancangkup 3 aspek
tersebut.
Urgensi Prndidikan Kewarganegaraan Bagi Pembangunan Kebudayaan Dan Demokrasi
Media, Teknologi, dan Pembelajaran
18 May 2011 - bagian yaitu; schemata (kerangka), assimilation (asimilasi), dan accomodation (akomodasi). Schemata: struktur-struktur mental individu yang mengorganisir lingkungan. Skemata telah diadopsi atau telah berubah sejalan dengan perkembangan mental dan pembelajaran. Skemata digunakan untuk mengidentifikasi, berproses, dan menyimpan informasi yang masuk dan dapat dipahami sebagai kategori individu yang terbiasa digunakan untuk mengklasifikasi informasi yang spesifik dan pengalaman-pengalaman. Anak ... pembangunan jalan layang atau jalan raya. Mereka melihat pekerja bekarja, dan mereka melihat tahap-tahap pembangunan jalan. Aka tetapi, mereka perlu memiliki pengalaman-pengalaman ini yang akan digabungkan ke dalam dugaan yang disamaratakan tentang apa yang dimaksud dengan pembangunan jalan. Menunjukan video yang menggambarkan seluruh proses yang terkait satu dengan lain ini merupakan cara ideal untuk menggabungkan berbagai pengalaman mereka kedalam suatu ringkasan yang bermakna. Di dalam m ... pendidikan. Contohnya, komputer dan internet telah mempengaruhi proses pembelajaran sampai saat ini. Aturan-aturan dari pendidik dan pebelajar telah berubah karena dipengaruhi media dan teknologi yang digunakan di dalam kelas. Perubahan ini sangat esensial, karena sebagai penuntun dalam proses pembelajaran, pendidik (guru) berhak menguji media dan teknologi dalam konteks belajar dan itu berdampak pada hasil belajar siswa. LEARNING Belajar adalah proses pengembangan pengetahuan, ketramp ...
Dalam sejarah, media dan teknologi memiliki pengaruh terhadap pendidikan. Contohnya, komputer dan internet telah mempengaruhi proses pembelajaran sampai saat ini. Aturan-aturan dari pendidik dan pebelajar telah berubah karena dipengaruhi media dan teknologi yang digunakan di dalam kelas. Perubahan ini sangat esensial, karena sebagai penuntun dalam proses pembelajaran, pendidik (guru) berhak menguji media dan teknologi dalam konteks belajar dan itu berdampak pada hasil belajar siswa. LEARNING Belajar adalah proses pengembangan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, atau pengembangan tingkah laku sebagai interaksi individu, menyangkut fasilitas-fasilitas fisik, psikologis, metode pembelajaran, media, dan teknologi. Belajar adalah proses yang dilakukan sepanjang waktu oleh individu manapun. Dengan demikian, belajar adalah proses yang melibatkan proses seleksi, pengaturan, dan penyampaian pesan yang pantas kepada lingkungan dan bagaimana cara pebelajar berinteraksi dengan informasi tersebut. Dengan demikian hal ini melihat beberapa pandangan-pandangan psikologis dan pandangan-pandangan filusuf. Pembahasan kali ini juga akan menggambarkan berbagai aturan dari media dalam belajar dan menampilkan metode-metode yang berbeda, seperti presentasi-presentasi, demonstrasi-demonstrasi, dan diskusi-diskusi akan teknologi yang berhubungan dengan belajar. 1. Psychological Perspective on Learning Bagaimana instruktur menampilkan peran dari media dan teknologi di dalam kelas, ini tergantung akan seberapa jauh mereka memahami akan bagaimana masyarakat telah belajar mengunakannya. Dibawah ini ada beberapa perspektif yang berkaitan dengan psychological perspectives ...
Dalam sejarah, media dan teknologi memiliki pengaruh terhadap pendidikan. Contohnya, komputer dan internet telah mempengaruhi proses pembelajaran sampai saat ini. Aturan-aturan dari pendidik dan pebelajar telah berubah karena dipengaruhi media dan teknologi yang digunakan di dalam kelas. Perubahan ini sangat esensial, karena sebagai penuntun dalam proses pembelajaran, pendidik (guru) berhak menguji media dan teknologi dalam konteks belajar dan itu berdampak pada hasil belajar siswa. LEARNING Belajar adalah proses pengembangan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, atau pengembangan tingkah laku sebagai interaksi individu, menyangkut fasilitas-fasilitas fisik, psikologis, metode pembelajaran, media, dan teknologi. Belajar adalah proses yang dilakukan sepanjang waktu oleh individu manapun. Dengan demikian, belajar adalah proses yang melibatkan proses seleksi, pengaturan, dan penyampaian pesan yang pantas kepada lingkungan dan bagaimana cara pebelajar berinteraksi dengan informasi tersebut. Dengan demikian hal ini melihat beberapa pandangan-pandangan psikologis dan pandangan-pandangan filusuf. Pembahasan kali ini juga akan menggambarkan berbagai aturan dari media dalam belajar dan menampilkan metode-metode yang berbeda, seperti presentasi-presentasi, demonstrasi-demonstrasi, dan diskusi-diskusi akan teknologi yang berhubungan dengan belajar. 1. Psychological Perspective on Learning Bagaimana instruktur menampilkan peran dari media dan teknologi di dalam kelas, ini tergantung akan seberapa jauh mereka memahami akan bagaimana masyarakat telah belajar mengunakannya. Dibawah ini ada beberapa perspektif yang berkaitan dengan psychological perspectives ...
Pengertian Pengukuran, Penilaian, Pengujian, Evaluasi, dan Asesmen
28 May 2011 - bagian dari pengukuran yang dilanjutkaan dengan penilaian. Ada istilah ujian akhir semester di perguran tinggi dan ujian akhir tahun untuk kenaikan kelas di sekolah. Dalam bahan sosialisasi Kurikulum Berbasis Kompetensi pengertian tersebut dijelaskan sbb.: Pengukuran adalah kegiatan yang sistematik untuk menentukan angka pada objek atau gejala. Pengujian terdiri dari sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah. Penilaian adalah penafsiran hasil pengukuran dan penentuan pen ... pendidikan berbasis kompetensi dasar berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukauran dapat menggunakan tes dan nontes. Tes adalah seperangkat prtanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, atau suatu pernyataan/permintaan untuk melakukan sesuatu. Nontes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen nontes bisa berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi sejum ...
Pengukuran adalah kegiatan mengukur. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Misalnya mengukur panjang meja dengan satuan panjang yaitu meter, atau mengukur berat badan dengan satuan berat yaitu kilogram. Hasil pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah kegiatan menilai. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu berdasarkan membandingkan hasil pengukuran dengan suatu kriteria tertentu (ukuran baik buruk). Putusan itu sesuai atau tidak sesuai dengan kriteria itu. Sedangkan kegiatan mengevaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai itu. Jadi kegiatan pengukuran, penilaian, dan evaluasi itu bersifat hierarkhis, artinya dilakukan secara berurutan: dimulai dengan pengukuran, dilanjutkan dengan penilaian, dan diakhiri dengan mengevaluasi. Pengukuran menurut Guilford ( 1982) adalah proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi dasar berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukauran dapat menggunakan tes dan nontes. Tes adalah seperangkat prtanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, atau suatu pernyataan/permintaan untuk melakukan sesuatu. Nontes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen nontes bisa berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, peserta didik diminta menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan peserta didik, misalnya potensi ...
Pengukuran adalah kegiatan mengukur. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Misalnya mengukur panjang meja dengan satuan panjang yaitu meter, atau mengukur berat badan dengan satuan berat yaitu kilogram. Hasil pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah kegiatan menilai. Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu berdasarkan membandingkan hasil pengukuran dengan suatu kriteria tertentu (ukuran baik buruk). Putusan itu sesuai atau tidak sesuai dengan kriteria itu. Sedangkan kegiatan mengevaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai itu. Jadi kegiatan pengukuran, penilaian, dan evaluasi itu bersifat hierarkhis, artinya dilakukan secara berurutan: dimulai dengan pengukuran, dilanjutkan dengan penilaian, dan diakhiri dengan mengevaluasi. Pengukuran menurut Guilford ( 1982) adalah proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran pendidikan berbasis kompetensi dasar berdasarkan pada klasifikasi observasi unjuk kerja atau kemampuan peserta didik dengan menggunakan suatu standar. Pengukauran dapat menggunakan tes dan nontes. Tes adalah seperangkat prtanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, atau suatu pernyataan/permintaan untuk melakukan sesuatu. Nontes berisi pertanyaan atau pernyataan yang tidak memiliki jawaban benar atau salah. Instrumen nontes bisa berbentuk kuesioner atau inventori. Kuesioner berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan, peserta didik diminta menjawab atau memberikan pendapat terhadap pernyataan. Inventori merupakan instrumen yang berisi tentang laporan diri yaitu keadaan peserta didik, misalnya potensi ...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar